Hati-Hati, Terompet Berpotensi Tularkan Penyakit Difteri
Tahun baru identik dengan terompet dan kembang api. Namun, tahukah Anda bahwa terompet berpotensi tularkan penyakit? Sebelum terompet jatuh ke tangan konsumen, sudah melalui uji coba oleh petugas pabrik untuk mendapatkan bunyi yang diinginkan. Terompet yang sudah sampai pada penjual diuji coba kembali sebelum dijual. Ketika calon konsumen akan membeli sebuah terompet tidak menutup kemungkinan ia akan mencoba membunyikan beberapa terompet. Setelah itu ia akan memilih salah satu yang paling disukai. Begitu arus perpindahan terompet mulai dari pabrik sampai dengan konsumen. Oleh karena itu, bisa dibayangkan seberapa banyak kuman yang berpindah dari satu mulut ke mulut lainnya.
Mengenal Penyakit Difteri yang Ditularkan Melalui Terompet
Terompet berpotensi tularkan penyakit difteri karena penyakit ini bisa menular melalui percikan air liur. Seseorang yang meniup terompet harus kuat sehingga menyebabkan air liur bisa menyembur. Nah, saat itulah bibit penyakit difteri bisa tersebar. Difteri juga bisa ditularkan melalui hembusan nafas. Orang yang meniup terompet bisa saja sudah terkena difteri kemudian penyakit ini akan semakin meluas dengan perpindahan terompet dari satu orang ke orang lainnya. Perpindahan bakteri diikuti dengan tiupan terompet dari satu mulut orang ke mulut orang lain. Adapun beberapa hal terkait penyakit difteri diantaranya yaitu sebagai berikut.
Penyebab difteri
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa terompet berpotensi tularkan penyakit terutama penyakit difteri. Ludah penderita penyakit difteri yang terpercik ke udara bisa menimbulkan penularan. Secara umum penularan difteri karena penderita yang batuk dan bersin sehingga ada percikan ludah ke udara. Mainan terompet atau mainan lain yang sudah terkontaminasi bakteri sangat memungkinkan untuk menularkan difteri. Nah, ada satu lagi penularan difteri yaitu melalui sentuhan secara langsung. Biasanya terjadi karena sentuhan luka pada kulit penderita. Cara penularan ini umumnya terjadi pada kawasan padat penduduk yang lingkungannya kurang bersih.
Gejala Difteri
Masyarakat harus selalu mengetahui berita terbaru mengenai kesehatan dan penyebaran penyakit. Menjelang tahun baru perlu mendengar himbauan tentang terompet berpotensi tularkan penyakit agar penyakit dapat dicegah secepat mungkin. Gejala difteri perlu diketahui supaya dapat segera ditangani jika memang sudah terlanjur tertular. Bakteri yang telah masuk ke dalam tubuh membutuhkan waktu sekitar 2 sampai dengan 5 hari sehingga muncul gejala-gejala penyakit. Gejala awalnya penderita mengalami demam dan tubuhnya menggigil. Pada saat ini amandel dan tenggorokan tertutup oleh lapisan tipis penyebab difteri. Oleh karena itu, tenggorokan terasa sakit dan suara menjadi serak. Gejala yang dialami juga mirip dengan gejala pilek namun ingus yang awalnya cair dapat berubah kental. Bahkan untuk beberapa orang ingus dapat bercampur dengan darah. Penderita menjadi kesulitan bernafas dan nafas sesak. Untuk orang tertentu terdapat luka di kulit.
Komplikasi penyakit difteri
Penyakit difteri menyerang tenggorokan dan saluran pernafasan sehingga dapat memunculkan beberapa komplikasi. Pertama yaitu masalah pernafasan karena akan muncul partikel membran yang masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya paru-paru menjadi radang dan menyebabkan sulit bernafas. Komplikasi berikutnya adalah masalah jantung. Otot jantung dapat mengalami peradangan sehingga menyebabkan detak jantung yang tidak teratur. Bahayanya lagi bisa menyebabkan gagal jantung yang menjadi penyebab mendadaknya kematian. Komplikasi lain adalah kerusakan saraf sehingga menyebabkan pembengkakan pada tangan dan kaki serta saluran kemih yang bermasalah.
Beberapa hal menyangkut terompet berpotensi tularkan penyakit difteri tersebut perlu dipahami agar Anda bisa terhindar dari penyakit ini. Anda pun perlu menghimbau kepada orang-orang yang Anda sayangi untuk berhati-hati dalam membeli terompet.
Penyakit difteri terlepas dari penyebab terompet berpotensi tularkan penyakit atau disebabkan karena hal lainnya harus segera diobati. Biasanya sampel lendir dari tenggorokan dan hidung akan diperiksa terlebih dahulu di laboratorium. Ulkus kulit juga perlu mendapatkan pemeriksaan. Setelah pasien dinyatakan mengidap penyakit difteri maka ia akan ditempatkan di ruang isolasi. Dapat dibayangkan betapa berbahayanya penyakit ini sampai-sampai pasien harus diisolasi.
Pasien akan diberikan dua pengobatan berupa antibiotik serta antitoksin. Bakteri bisa dibunuh dengan pemberian antibiotik. Antibiotik juga digunakan untuk mengatasi infeksi. Antibiotik harus dikonsumsi sampai benar-benar habis. Umumnya antibiotik dikonsumsi selama 2 minggu sampai bakteri hilang dan infeksi sembuh. Nah, adanya hasil laboratorim dapat mengetahui apakah bakteri masih beredar di aliran darah. Jika masih ada, maka pengobatan dengan antibiotik perlu ditambahkan.
Pengobatan dengan antitoksin berguna untuk menetralisir racun yang ada di dalam tubuh. Dosis antitoksin disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk jika pasien mempunyai alergi terhadap suatu obat. Apabila ada orang terdekat Anda yang sedang menjalani pengobatan difteri, maka Anda pun diminta akan melakukan pengecekan. Hal ini supaya orang-orang di dekat penderita bisa dipastikan bebas dari penyakit difteri. Cara ini sebagai antisipasi mengingat penularan difteri sangat mudah dan cepat. Berawal dari terompet berpotensi tularkan penyakit maka imbasnya menjadi masalah yang cukup besar. Semoga informasi ini bermanfaat.
0 Response to "Hati-Hati, Terompet Berpotensi Tularkan Penyakit Difteri"
Post a Comment